Selasa, 09 Februari 2010

CHARACTER BUILDING ( Membangun Karakter )

Dalam pergaulan di kehidupan kita hingga proses rekrutmen atau penyeleksian seorang pemimpin, kadang kita mendengar kata “Dia Punya Karakter…”. Kata ini berarah positif yang kadang menimbulkan respon balik dengan ucapan “Apakah saya punya karakter…” atau “Saya ingin berkarakter…”

Kita sudah mempunyai karakter sejak lahir, karena karakter adalah kemampuan kualitas dan reaksi dalam diri individu. Tai permasalahannya adalah, apakah ada cirri khas yang membuat karakter kita menonjol dan lebih berarti ketimbang orang lain…? Bila ada orang lain dengan mudah menggambarkan karakter kita…

Orang yang berkarakter tidak sama dengan orang yang baik.

Semisal, salah seorang rekan kerja saya ’orangnya baik’ dengan selalu ramah dan baik hati namun cara berjalannya seperti layang-layang putus. Cara berjabat tangannya pun tidak menggenggam. Tapi ternyata dalam pekerjaannya tidak tegas, tidak membuat perubahan, konformis tanpa sikap kritis sehingga tidak menggambarkan perkembangan.

Orang yang memiliki karakter dikenal dengan sebagai orang yang dikagumi & respek, dapat membedakan yang baik & buruk dengan tegas serta menjadikan lingkungannya lebih baik.

Di Amerika diperkenalkan 6 pilar Karakter, yaitu :

1.bisa Dipercaya 2.Respek, 3.Tanggungjawab, 4.bersikap Fair, 5.Peduli & 6.menjadi Warga Negara yang Baik.

Tidak hanya berhenti disini saat kita membangun karakter, tapi kita masih membutuhkan ’exercise’, tempaan, cobaan, tantangan tiada henti, yang memberikan kesempatan bagi individu untuk memperkeras kepribadian.

Choose your attitude”! Pilihan sikap, apakah ingin menjadi orang yang low profile, rendah hati, halus, agresif, senang tantangan, atau yang lainnya... Kita haruslah memiliki visi hidup yang jernih sehingga bisa mengarahkan pembentukan karakter.

Karakter berasal dari ’Habit’ (kebiasaan)

Secara otomatis, konsistensi akan membentuk habit yang bereaksi pada setiap momen dalam kehidupan kita. Kenalan saya mempunyai kebiasaan marah dalam setiap situasi seperti saat anaknya/istrinya sakit, terbentur masalah rumah tangga, masalah dikantor bahkan berhadapan dengan orang sekalipun reaksinya marah. Tak pelak lagi, ia dikenal berkarakter pemarah. Kebiasaan ini melahirkan kekuatan pribadi dan memancarkan aura yang lebih kuat.

Kompetensi membentuk Karakter

Sering terjadi reaksi ragu, tidak cermat karena tidak bisa atau tidak tahu dalam menghadapi situasi yang sulit. Untuk itulah kita perlu berambisi untuk senantiasa memperkuat kompetensi kerja kita. Hal ini tidak hanya tuk memperkuat ketrampilan dan pengetahuan saja tapi juga profesional dan prinsip. Galilah hal tersebut dari orang-orang yang lebih berpengalaman, pada pertemuan profesi, buku, jurnal dan pelatihan.

Akhirnya pembentukan karakter dan kompetensi memang lingkaran malaikat, semakin kompeten semakin mudah karakter ditonjolkan.

Tingkatkan kepekaan

”Apa yang bisa Anda kontribusikan ke tim untuk memperbaiki kinerja...?”

”Positioning”, diri sendiri dalam situasi sosial memeerlukan kejelasan dan kepekaan setiap saat, sehingga reaksi yang dibentuk selalu bisa disadari dan di kontrol, dengan begitu kita bisa membentuk reaksi yang relevan dengan tuntutan memperbaiki kinerja dalam tim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar